Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah Bukan Pengikut Salaf?

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah Bukan Pengikut Salaf?

Yusuf Abu Ubaidah As Sidawi

Sebagian orang ahli fisafat dan shufi mengatakan bahwa Ibnu Taimiyyah bukanlah pengikut salaf namun pembawa bid’ah.

Kami katakan: Apa yang anda inginkan dengan kata Salaf?!! Kalau arti salaf seperti arti salafnya penulis yaitu madzhab Asya’iroh, ahli kalam, dan Shufiyyah, maka ucapan ini benar, karena Syaikhul Islam dengan orang-orang Asya’iroh dan Shufiyyah amat jauh sekali, bahkan beliau membantah dan membongkar borok-borok mereka. (Lihat buku Mauqif Ibnu Taimiyyah Minal Asyairoh oleh DR. Abdurrahman al-Mahmud dan kitab Mauqif Imam Ibni Taimiyyah Minat Tasawwuf wa Shufiyyah oleh DR. Ahmad Muhammad Bunani).

Tetapi, jika pengikut salaf adalah mereka yang mengikuti manhaj Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, sahabatnya, para tabi’in dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, maka kami katakan:

أَئِمَّةُ شَأْنٍ كَالشُّمُوْسِ اشْتِهَارُهُمْ
مَا انْطَمَسُو ْ إِلَّا مَنْ بِهِ عَمَى

Popularitas para imam kebenaran itu seperti matahari
Tidaklah terhalang darinya kecuali bagi orang yang buta.

Terus terang saja, perkataan seperti ini sebenarnya tidak layak untuk ditanggapi, karena sebagaimana kata penyair:

وَ لَيْسَ يَصِحُّ فِي الأَذْهَانِ شَيْئٌ
إِذَا احْتَاجَ النّهَارُ اِلَى دَلِيْلِ

Tidaklah masuk akal sedikitpun
jika sesuatu yang jelas membutuhkan dalil.

“Sesungguhnya Syaikh Ahmad bin Abdul Halim Ibnu Taimiyah termasuk imam diantara imam-imam Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, berda’wah menuju kebenaran dan jalan yang lurus, dengannya Allah menolong As Sunnah dan menghancurkan bid’ah. Barang siapa menghukumi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah bukan seperti yang di atas, maka dia adalah mubtadi’ (ahli bid’ah), sesat dan menyesatkan. Dia telah buta tentang sejarah Islam sehingga yang benar disangka bathil dan yang bathil disangka benar. Semua ini dapat diketahui bagi siapa saja yang Allah terangkan pandangannya, serta mau membaca buku-buku karyanya, lalu membandingkannya dengan kitab musuh-musuhnya”. (Fatawa Lajnah Daimah 2/173)

Semoga Allah merahmati Al-Hafizh Adz-Dzahabi tatkala berkata menyifati Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah: “Beliau telah menolong sunnah Nabawiyah dan manhaj salaf, beliau juga berhujjah dengan hujjah yang sulit dicari tandingannya”. (Dzail Thabaqat Hanabilah” 2/394)

Sungguh lucu, seorang yang menghabiskan umurnya untuk membela aqidah salaf dianggap bukan termasuk pengikut salaf. Sungguh, Syaikhul Islam menyeru kepada manhaj salaf. Perhatikanlah ucapan beliau: “Adapun masalah Itiqod (keyakinan), maka tidaklah diambil dariku atau orang yang lebih besar dariku, tetapi diambil dari Allah, rasulNya dan kesepakatan salaf umat ini, keyakinan dari Al-Quran harus diyakini, demikian juga dari hadits-hadits yang shohih”. (Majmu Fatawa 3/157)

Beliau juga berkata: “Saya tidak mengumpulkan kecuali aqidah salaf shalih semuanya, bukan Imam Ahmad saja, Imam Ahmad hanya menyampaikan ilmu yang datang dari Nabi. Seandainya saja Ahmad mengatakan dari dirinya sendiri yang tidak dibawa oleh Rasululullah, maka kami tidak akan menerimanya”. (Majmu Fatawa 3/163)

Bahkan beliau pernah menegaskan: “Barangsiapa yang menjumpai dalam kitabku sesuatu yang menyelisihi generasi tiga yang dipuji oleh Nabi, maka saya akan kembali dari kesalahan tersebut”. (Majmu Fatawa 3/163)

Oleh karenanya, para ulama menilai kitab Aqidah al-Washithiyyah karya beliau sebagai aqidah salafiyyah yang murni. Imam Adz-Dzahabi berkata: “Telah menjadi kesepakatan bahwa ini adalah aqidah salafi yang bagus”. (Al-Uqud ad-Durriyyah hlm. 212). Ibnu Rojab berkata: “Telah menjadi kesepakatan bahwa ini adalah aqidah sunni salafi”. (Dzail Thabaqat Hanabilah 2/396)

Mungkin saja ada yang mengatakan: Itu kan hanya pengakuan Ibnu Taimiyyah bahwa dia beraqidah salaf, kita juga beraqidah salaf. Kami katakan: Sekedar pengakuan tanpa bukti nyata tidaklah berarti sama sekali, yang terpenting adalah bukti dan wujud pengamalan dalam kehidupan, air susu tetaplah halal walaupun botolnya diberi tulisan Haram, sebaliknya khomr tetaplah haram walaupun diberi label Halal.

Demikian juga bila ada seorang yang mengaku di atas aqidah salaf tetapi kenyataannya dia beraqidah Asyairoh, Maturidiyyah, Shufiyyah maka pengakuannya tiada berarti sama sekali. Sebaliknya, bila ada seorang yang benar-benar beraqidah salaf maka tidaklah membahayakan dirinya bila banyak orang menuduhnya sesat dan menyesatkan!!!

Menarik sekali apa yang diucapkan oleh Burhanuddin bin Qoyyim kepada Imam Ibnu Katsir: Seandainya semua badanmu berupa rambut, saya tidak akan mengatakan bahwa dirimu adalah Asyari. Mengapa? Karena beliau tahu betul bahwa Imam Ibnu Katsir adalah seorang yang konsisten di atas aqidah salaf, jauh dari pemikiran Asyairoh.

Sebagai informasi dan faidah, dahulu ada seorang ulama alumni Al Azhar Mesir yang sangat pakar dalam bidang filsafat dan mantiq bernama Syeikh Muhammad Khalil Harras, dia sangat benci kepada Ibnu Taimiyyah karena Ibnu Taimiyyah membongkar habis kerancuan ahli fisafat. Tatkala beliau mau mengambil gelar doktoral, sebagian orang menyarankan padanya untuk menulis disertasi berjudul Bantahan kepada Ibnu Taimiyyah, maka dia pun setuju dan mulai mengumpulkan dan mempelajari karya-karya Ibnu Taimiyyah.

Setelah 3 bulan menekuni dan meneliti buku-buku Ibnu Taimiyyah, beliaupun mengatakan bahwa dia tidak memahami agama Islam secara benar kecuali setelah mempelajari buku-buku ini, dan akhirnya dia merubah disertasinya yang semula ingin membantah Ibnu Taimiyyah menjadi “Ibnu Taimiyyah As Salafi Dan Kritikannya kepada Ahli Kalam dan Filsafat”.

Saya berdoa kepada Allah, semoga Ust. Nuruddin bisa mengikuti langkah seniornya yang mau membaca buku-buku Ibnu Taimiyyah dengan hati yang jernih untuk mencari kebenaran sehingga hidayah Allah menghampirinya. Amin.

Mohon maaf, saya menulis bantahan ini karena permintaan Ust. Muhammad Nuruddin yang mengatakan: “Bagi yang tidak setuju, silahkan dibantah dengan argumen keilmuan serupa. Saya tidak keberatan dengan itu”.

Baca Juga Artikel Terbaru

Leave a Comment